Jakarta, Kota Paling Macet No. 1 Dunia

Kemacetan di Cibubur arah menuju Bogor

Perjalananku ini aku awali dari kota Surabaya menuju Bogor untuk menjemput Ibu saya yang ada di rumah adik saya. Ibu jika pulang sendiri ke Ponorogo tidak mampu dan tidak berani karena faktor "U" yang menjadi kendala. Usianya kira-kira 75 tahun sekarang, saya tidak tahu pasti--soalnya saya tidak pernah menghitung. Yang jelas beliau lahir ketika menjelang Indonesia merdeka atau tahun 45-an. 

Kupastikan saya berangkat tepat waktu, mengingat KA tidak menolerir keterlambatan sedetikpun, jika tidak segera masuk gerbong ditinggal, dan pengalaman itu pernah aku alami sekali ketika itu sudah beli tiket dan akan berangkat ke Jakarta dari Pasar Turi, Surabaya. Nyeseknya itu di dompet!

Saya masih ingat (dengan bantuan google photo), keberangkatan saya waktu itu 27 Februari 2015. Naik kereta Executive dengan harga waktu itu SGU-GMR 400rb-an. Sebesar 200rb selisihnya dengan tiket pesawat paling murah waktu itu setelah saya cek di internet. Perkiraan nyampe di Jakarta sekitar 18 jam, 1/12 x naik pesawat lamanya atau 12x lebih lama. Naik pesawat dari Sby-Jkt sekitar 1,5 jam itu jika tidak delay.

Di Stasiun Gubeng datang 1 jam sebelumnya dengan mengetahui ID tiket pembeliannya, karena saya beli tiket waktu itu lewat internet yaitu di web resminya KA di sini. Tinggal tiket fisiknya di print di stasiun, ada tempat untuk nge-print tiketnya secara gratis karena sudah disediakan oleh pihak KA sendiri, jadi kita tidak perlu repot lagi mencari rental komputer untuk nge-print tiket tersebut. Hal ini untuk meminimalisir adanya calo tiket yang sering menjual tiket dengan harga yang tidak wajar di stasiun. Mengapa tidak memakai smartphone saja untuk bukti fisiknya? Inilah pertanyaan saya saat ini. Jika di bandara, calon penumpang sekarang cukup perlihatkan bukti lewat SMS, Chat, atau Email.Tidak lupa saya jika bepergian selalu membawa smartphone (android) full charge dan power bank full charge yang paling tidak bisa mengisi android 2x pengisian.

Selesai masuk (boarding) di stasiun Gubeng, saya mencari gerbong tempat duduk saya nantinya. Meski sudah beberapa kali naik KA tapi untuk mencari tempat duduk, saya masih tanya-tanya orang disana untuk sekedar membuat otak saya fokus.


Suasana di KA
Penumpang KA yang lagi membaca Al Quran
Sebelum sampai di Jakarta, saya melihat di samping saya satu kursi di depan, ada seseorang yang lagi membaca Al-Quran. Saya salut kepadanya dan menghargai perjuangannya di saat semua orang lalai untuk membacanya karena alasan sibuk dan tidak ada waktu. Ini patut di apresiasi dan layak untuk ditiru. Tidak ada alasan untuk riya atau supaya di anggap alim, membaca Al-Quran merupakan kewajiban.

Sampai di Jakarta, saya turun di Stasiun Jatinegara dan bukan di Gubeng, karena tempat lokasi adik saya lebih gampang jika turun di Jatinegara. Tujuan utama saya kesini adalah ke Cileungsi, maka saya turun Jatinegara, cari angkot menuju terminal UKI - Cawang, dari situ kemudian naik angkutan ke Cileungsi.

Entahlah, saya tidak bisa menikmati keindahan kota metropolitan ini--banyak macet dimana-mana. Dimana-mana macet, macet kok dimana-mana :D. Saya kalau macet bawaannya uring-uringan, mungkin tidak terbiasa di kota besar. Rasanya kepala saya itu panas dan ingin keluar saja dari angkutan/kendaraan itu. Tapi dengan kesabaran akhirnya saya nyampe di Cileungsi dan dijemput mobil oleh suami adik saya.
Kota Bogor dan sekitarnya saya pikir itu kota yang sejuk karena kota ini terkenal dengan kota hujan. Tapi setelah saya benar-benar sampai kesana, kota ini ternyata panas sekali--sama dengan kota Malang sekarang, meski letaknya di dataran tinggi. Mungkin karena sudah banyak penduduk dan perumahan yang ada disini. Bahkan di Bogor itu macetnya hampir sama seperti Jakarta. Huft! Bisa anda bayangkan kondisinya jika melihat foto di bawah ini.

Pertigaan di salah satu jalan di Bogor
Tapi di kota-kota ini, orang-orangnya modis... terutama untuk para wanitanya, daripada yang sering saya lihat di Surabaya. Entah kenapa saya fokus kepada mereka dan gaya busananya. Kulit mereka rata-rata bersih dan wangi. Mungkin untuk kesini mereka sudah pada di sortir :D. Jilbab dipadukan dengan gamis yang simple namun enak dilihat, ditambah lagi dengan asesoris jam tangan yang trendi, membuat mereka terlihat keren. Bandingkan dengan yang ada di pedesaan yang kadang berjilbab namun kelihatan norak karena mungkin mereka tidak pernah berbicara style kali ya dan tidak ada juga yang mengkritik?! Cobalah sekali kali ke Jakarta dan kota-kota lain di sekitarnya!


Salah satu wanita di Bogor
Referensi:
http://sp.beritasatu.com/home/ini-10-kota-termacet-di-dunia/77172






0 komentar:

Posting Komentar